Sementara menunggu nasi tanak, mari kita tinjau-tinjau di persekitaran tempat kediaman kita setelah hujan turun.
Alhamdulillah....
Sedikit masa dulu kita diuji dengan jerebu, dan akhirnya langit kembali cerah, mentari bersinar terang dan bumi kembali subur dengan siraman air hujan yang dingin dan menyegarkan suasana.
Kita sedia maklum bagaimana hujan boleh terjadi. Itulah kebesaran Ilahi, diberinya kita akal untuk memikirkan keagungan-Nya, diberinya kita jalan untuk mengkaji segala kejadian dan ciptaan-Nya.
Di
dalam ayat ke sebelas Surat Az-Zukhruf, hujan dinyatakan sebagai air
yang diturunkan dalam ukuran tertentu, sebagaimana ayat di bawah ini:
“Dan
yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu
kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan
dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Az-Zukhruf, (43):11)
Kadar
yang disebutkan dalam ayat ini merupakan salah satu karakteristik
hujan. Secara umum, jumlah hujan yang turun ke bumi selalu sama.
Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Jumlah
ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap detiknya. Hal ini
menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi (peredaran) dalam sebuah
siklus ( putaran waktu yang di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur) seimbang menurut ukuran tertentu.
Sumber:
Bagaimana
hujan terbentuk tetap menjadi misteri bagi manusia dalam kurun waktu
yang lama. Hanya setelah ditemukannya radar cuaca, barulah dapat
dipahami tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan terjadi
dalam tiga tahap. Pertama, bahan mentah hujan naik ke udara dan kemudian
terkumpul menjadi awan. Akhirnya, titisan-titisan hujan pun muncul.
Tahap-tahap
ini secara terperinci telah tertulis dalam Al-Qur’an berabad-abad lamanya sebelum informasi mengenai pembentukan hujan disampaikan:
“Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang di kehendakinya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal: lalu kamu lihat hujan keluar dari
celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya
yang di kehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. Ar-Rum,
(40):48)
Tahap Pertama: “ Allah, Dialah yang mengirimkan angin…..”
Gelembung-gelembung
udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh buih-buih di lautan
yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan partikel-partikel air
tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini yang kaya dengan garam kemudian dibawa oleh angin dan bergeser ke atas menuju atmosfera.
Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan dengan
mengumpulkan wap air (yang naik dari lautan sebagai titisan-titisan oleh
sebuah proses yang dikenal dengan “Jebakan Air”) di sekelilingnya
Tahap
Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya
di langit menurut yang di kehendaki-Nya, dan menjadi
bergumpal-gumpal…..”
Awan
terbentuk dari wap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam
atau partikel-partikel debu di udara. Karena titisan-titisan air di sini
sangat kecil (dengan diameter antara 0.01-0.02 mm), awan mengapung di
udara dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.
Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun.”
Partikel-partikel
air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel debu
mengental dan membentuk titisan-titisan hujan. Sehingga, titisan-titisan
tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan dan
mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Setiap
tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an. Terlebih
lagi, tahap-tahap tersebut dijelaskan dalam rentetan yang benar.
Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, Al-Qur’anlah yang
memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain
itu, Al-Qur’an telah menyampaikan fakta-fakta ini kepada manusia
berabad-abad lamanya sebelum sains sanggup mengungkapnya.
Memetik tulisan dalam blog Hidayatullah.com:
Umat Islam memiliki cara dan adab termasuk dalam urusan menyikapi kedatangan musim hujan. Islam mengajar penganutnya bahawa:
Umat Islam memiliki cara dan adab termasuk dalam urusan menyikapi kedatangan musim hujan. Islam mengajar penganutnya bahawa:
Tidak ada setetes air hujan yang membasahi bumi ini kecuali atas
kehendak Allah. Ia merupakan rahmat Allah kepada bumi dan seisinya.
Melalui hujan, Allah menumbuhkan berbagai tanaman untuk memberi rezeki
kepada umat manusia. Dalam al-Qur`an Allah berfirman:
وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَّهَا طَلْعٌ نَّضِيدٌ
رِزْقاً لِّلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتاً كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh berkah lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang
bersusun-susun, untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami
hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah
terjadinya kebangkitan.” (Qaaf [50]: 9-11)
Imam An Nawawi dalam al-Adzkar (1/182)
berkata:
Pertama : Dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat
ini, iaitu nikmat diturunkannya hujan.
Kedua: berdoa kepada Allah agar hujan tersebut
membawa manfaat.
Rasulullah ketika melihat hujan langsung berdoa:
اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا (Ya Allah, jadikan hujan ini sebagai
hujan yang membawa manfaat dan kebaikan.” (Riwayat Bukhari)
Ketiga, menyiram sebagian badan dengan air hujan.
Ketika hujan datang Rasulullah membasahi badannya dengan air hujan.
Dari Anas RA, dia berkata, “Hujan mengguyur kami beserta Rasulullah.
Kemudian Rasulullah menyingkap sebagian bajunya sehingga hujan membasahi
sebagian tubuhnya. Kami bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah,
mengapa engkau lakukan hal itu?’
Beliau menjawab, ‘Aku melakukannya
karena hujan tersebut adalah rahmat yang baru saja diciptakan oleh
Allah’.” (Riwayat Muslim)
Keempat: Banyakkan berdoa.
Hujan merupakan salah satu tanda dikabulkannya doa seorang hamba. Dalam sebuah Hadits disebutkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: [1] Bertemunya dua
pasukan, [2] Menjelang solat dilaksanakan, dan [3] saat hujan turun.”
(Riwayat Imam Syafi’i dan Al Baihaqi)
Kelima: Berdoa agar cuaca dicerahkan kembali.
Apabila hujan turun dengan derasnya dan dikhawatirkan membawa
mudharat, kita dianjurkan untuk berdoa kepada Allah agar cuaca
dicerahkan kembali, sebagaimana Hadits riwayat Anas, dimana Rasulullah
berdoa dengan lafadz:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺣَﻮَﺍﻟِﻴْﻨَﺎ ﻭَﻻَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ،ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّﻋَﻠَﻰ
ﺍْﻵﻛَﺎﻡِ،ﻭَﺍﻟﺠِْﺒَﺎﻝِ،ﻭَﺍْﻟﻈَﺮَﺍﺏِ،ﻭَﺑُﻄُﻮْﻥِ ﺍْﻷَﻭْﺩِﻳَﺔِ،ﻭَﻣَﻨَﺎﺑِﺖِ
ﺍﻟﺸَّﺠَﺮِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di daerah sekitar kami, bukan di daerah
kami. Turunkanlah hujan di perbukitan, pergunungan, di lembah-lembah dan
tempat tumbuhnya pepohonan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Keenam: Berdoa ketika mendengar petir yang mengkhawatirkan:
Dari Abdullah ibnu ‘Umar RA, bahwa Rasulullah apabila mendengar suara petir, maka beliau berujar:
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻻَ ﺗَﻘْﺘُﻠْﻨَﺎ ﺑِﻐَﻀَﺒِﻚَ،ﻭَﻻَ ﺗُﻬْﻠِﻜُﻨَﺎﺑَﻌَﺬَﺍﺑِﻚَ،ﻭَﻋَﺎﻓِﻨَﺎ ﻗَﺒْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ
“Ya Allah, janganlah Engkau hancurkan kami dengan kemarahan-Mu dan
janganlah Engkau binasakan kami dengan azab-Mu, selamatkanlah diri kami
sebelum hal tersebut terjadi.” (Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad,
Tirmidzi dan Hakim). Demikianlah beberapa adab Muslim membedakan dengan
umat lain dalam menyikapi hujan.
Syukur atas segala rahmat-Nya....
1. KEAJAIBAN HUJAN : HARUN YAHYA
2. BEGINI SIKAP MUSLIM SAAT MUSIM HUJAN TIBA : HIDAYATULLAH.COM
Cantik gambar2 yg Amie snap tu....
BalasPadamPhoto shoot K.Amie sangat cantik & bagai terasa-rasa kedinginan musim hujan dlm entry ni sampai ke kesini.
BalasPadam