Ulang Tahun Pernikahan

"Rasanya baru semalam melafazkan qabul......"

Itu kata Encik Suami malam tadi (ketika kami berbual-bual sambil melepas lelah setelah seharian mengharung perjalanan udara bersama anak-anak untuk bercuti beberapa hari di Kampung Bukit Hijau, tanah kelahiran Amie). Sudah tentu debaran di dadanya  19 tahun lalu masih terasa dan paling tidak dapat dilupakannya, hanya sekali lafaz, sudah diterima & sah pernikahan kami.

Pernikahan kami diadakan serba ringkas dan sederhana. Itu permintaan Amie walaupun Bonda & Ayahanda ingin mengadakan secara besar-besaran & meriah seperti anak-anak mereka yang lain. Bukan apa, 18 November kami bernikah, 19 November keesokan harinya Amie terpaksa melapor diri untuk kursus induksi selama 5 minggu di Kota Kinabalu. 25 Disember barulah kami bersanding dengan penuh meriah di tempatnya.

Ketika itu Amie baru seminggu pulang ke kampung halaman kerana bercuti. Tiba-tiba si dia memberitahu dalam telefon, hasratnya untuk melangsungkan pernikahan segera! Dan seminggu kemudian, pada hari ulang tahun Amie, 16 November, .... dia benar-benar mengotakan apa yang dikatakannya, dia nekad menyeberang Laut China Selatan dan tiba bersama ayah & bondanya!

Sesekali bila mengenang kembali malam pernikahan kami, terkeluarlah satu-satu alasan dari Encik Suami mengapa dia ingin cepat-cepat (macam kelam-kabut sampai tak sempat Amie & family nak buat persiapan) melangsungkan pernikahan kami. Katanya (dengan suara perlahan & satu demi satu menyusun ayat):

1. Sebaik sahaja Amie  menaiki kapal terbang dan hilang dari pandangan matanya, dia rasa kehilangan yang teramat.... (tu pasal... Amie tidak suka ditinggalkan, lebih baik meninggalkan sebab rasa kehilangan tu kurang sikit... betul ke?)

2. Walaupun baru seminggu Amie meninggalkan Negeri di Bawah Bayu, rindunya tidak tertanggung lagi.... (orang kata rindu itu suatu seksa.... dia terseksa kot).

3. Takut Amie berubah hati bila kembali ke kampung halaman sendiri.... (dia sangka Amie ni pasang dua tiga kot).

4. Takut Amie dikebas orang..... oh! Macam-macam kerisauan & kebimbangannya! Kita rileeeeeksss je di kampung! Ayahanda kita ada perisai... tak berani orang nak kebas anaknya!

Hohoooo... tak akan lari gunung dikejar kannn.... orang kata asam di darat, garam di seberang Laut China Selatan, dalam kuali bertemu jua... tapi tak semestinya asam & garam bertemu kaaaaan! Sesungguhnya jodoh pertemuan itu di tangan Allah. Atas kesungguhan dan niat untuk mendirikan rumahtangga, walau dalam keadaan apa sekali pun, akhirnya hasratnya dipermudahkan. 

Inilah 4 permata hati kami selama 19 tahun  mengharung hidup bersama dalam suka dan duka.

Dia mahu hanya dia di hatiku sepanjang waktu! Di hatinya.... selain diriku.... ada ke? Hanya dia saja yang tahu he he hehe.

Antara kenangan lama , bunga mawar merah.... bunga kenangan sewaktu dia cuba mendekati Amie. Kali pertama dia menghantar jambangan mawar merah, si penghantar tersalah hantar, orang lain yang menerimanya ....  ia satu peristiwa lucu tapi mencuit hati dan tak mungkin kami lupakan. Kali kedua, barulah jambangan bunga mawar sampai ke tangan Amie diikuti dengan bungkusan coklat.... 

Dan kemudian, dia tanam sepohon bunga mawar  desa di halaman rumah sewa Amie. Sewaktu kami bertemu kembali setelah berpisah selepas pernikahan kami, benda pertama dia tunjukkan kepada Amie.... apa dia? Sudah tentunya .....

Pokok mawar desa yang ditanamnya telah mengeluarkan kuntuman yang pertama. Dari semasa  ke semasa kuntuman mawar merah terus berkembang mekar, subur dan harum! Sehingga ke hari ini, jika ada bunga mawar desa mekar di tangkai (dia tanam lagi berhampiran pintu dapur rumah kami), dia akan memetik dan hulurkan untuk Amie. Baunya.... harumnya tetap sama seperti dulu.

Allahu Akbar

SubahanAllah